Halaman

    Social Items

Search and Buy other Templates on IDNTHEME


Viral baru-baru ini masyarakat heboh dengan sosok 'Nurhadi - Aldo' Capres dan Cawapres Fiktif 2019.

Calon presiden fiktif merupakan calon presiden yang tak resmi artinya hanya sebagai 'candaan' saja.

Terkait hal tersebut bahkan Sandiaga Uno turut memberikan komentarnya.
Capres dan cawapres yang mengaku dari nomor urut 10 dengan diusung dari koalisi "Tronjal-Tronjol Maha Asik" tersebut mendadak viral di jagat maya.
Pasangan capres dan cawapres Nurhadi - Aldo (Dildo) tersebut tentunya cuma sekadar guyonan belaka.

Tidak ada maksud buruk atau bahkan harapan untuk memperkeruh suasana.
Capres dan cawapres fiktif ini hanyalah "intermezzo" sebagai langkah kecil untuk meredam suasana menjelang Pilpes 2019 yang terus saja memanas di media sosial.
Selain hal tersebut berikut ini fakta-fakta dari pasangan Capres Fiktif Nurhadi - Aldo atau Dildo:

1.Berprofesi Tukang Pijat

Tak seperti tampilan fisiknya di medsos yang begitu berwibawa ala orang berkelas, Nurhadi ternyata berprofesi sebagai tukang pijat refleksi yang mendiami salah satu kios di Pasar Brayung, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Bapak empat anak asal Desa Golantepus RT 6 RW 4, Kecamatan Mejobo, Kudus itu telah 15 tahun berprofesi sebagai tukang pijat.

2.Viral Karena Hasil Imajinatif.

Menurut Nurhadi, pasangan capres dan cawapres Dildo adalah hasil imajinatif seorang warga yang mengaku berasal dari Yogyakarta.

Pada Desember 2018 lalu, seseorang yang mengaku bernama Edwin asal Sleman DIY, menghubunginya via aplikasi messenger.

Dalam obrolan itu, Edwin mengaku sangat mengagumi Nurhadi. Awalnya, beberapa tahun lalu, melalui akun Facebook pribadi, Nurhadi membentuk "Komunitas Angka 10".

"Nah, kemudian ada orang yang mengaku dari Yogyakarta bernama Edwin.
Dia yang mengikuti akun saya itu mengaku ngefans dengan saya.

Apalagi pengikut saya di komunitas angka 10 mencapai puluhan ribu.
Kata dia, unggahan-unggahan saya itu lucu dan menginsiprasi," kata Nurhadi. Dari situlah kemudian capres dan cawapres bayangan, Nurhadi dan Aldo (Dildo) mulai tercipta. Edwin terus intens berkomunikasi dengan Nurhadi.
Saat itu, Edwin meminta izin kepada Nurhadi apakah berkenan jika nama dan wajahnya diviralkan melalui medsos sebagai capres fiktif.

Nurhadi pun mengamini penawaran itu asalkan tidak melanggar hukum dan agama.

Apalagi, mereka sama-sama jengah atas situasi menjelang Pilpres 2019 yang menurut mereka sudah tidak sehat.
Maka, terbentuklah capres dan cawapres fiktif tersebut di medsos hasil karya Edwin yang disebutnya sebagai tim suksesnya.

Capres-cawapres fiktif itu hanya sebatas "dagelan politik" yang berisi sindiran-sindiran dengan politik saling sikut saat ini.

"Saya jawab, kenapa harus saya kok tidak orang lain saja. Kata Edwin sih saya lebih berpotensi tenar karena dikenal banyak pengikutnya. Ya sudah saya setuju dengan syarat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagai humor politik saja untuk meredam ketegangan suasana Pilpres 2019. Saya enggak mau terjadi keributan hanya karena beda pilihan presiden," ungkap Nurhadi.

Candaan mereka seperti "Jika Karl Marx memimpikan tatanan masyarakat tanpa kelas lalu dimana kita akan belajar" dan masih banyak lagi lainnya.

3.Banyak yang Ingin Menjadi Relawan & Timsesnya.

Viralnya Capres Nurhadi dan Cawapres Aldo menjadikan banyak sekali yang menjadi relawan dan tentu timsesnya.
Hal ini seperti diketahui banyak juga akun-akun instagram yang menaman dirinya sebagai relawan / timses.

Mulai dari daerah Surakarta, Jawa Timur, Jawa Barat hingga Kalimantan Tengah dan masih banyak lagi lainnya.

4.Komentar Sandiaga Uno.

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno angkat bicara soal Capres-Cawapres fiktif Nurhadi-Aldo yang ramai di media Sosial.
Menurut Sandiaga munculnya Capres-Cawapres nomor urut 10 yang iusung oleh koalisi Tronjal tronjol Maha Asyik itu merupakan fenomena yang menjadi koreksi bagi pasangan calon presiden-wakil presiden dan para Calon Anggota Legislatif.
"Bagi saya ini fenomena nyata, dan ini koreksi buat kami pasangan calon buat partai politik, buat Caleg-Caleg baik yang ditingkat kabupaten-kota provinsi maupun di DPR RI," kata Sandi di Jalan Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta, Selatan, Minggu, (6/1/2019).

Fakta Viralnya Nurhadi - Aldo, Capres Fiktif 2019 & Kisah di Baliknya



Viral baru-baru ini masyarakat heboh dengan sosok 'Nurhadi - Aldo' Capres dan Cawapres Fiktif 2019.

Calon presiden fiktif merupakan calon presiden yang tak resmi artinya hanya sebagai 'candaan' saja.

Terkait hal tersebut bahkan Sandiaga Uno turut memberikan komentarnya.
Capres dan cawapres yang mengaku dari nomor urut 10 dengan diusung dari koalisi "Tronjal-Tronjol Maha Asik" tersebut mendadak viral di jagat maya.
Pasangan capres dan cawapres Nurhadi - Aldo (Dildo) tersebut tentunya cuma sekadar guyonan belaka.

Tidak ada maksud buruk atau bahkan harapan untuk memperkeruh suasana.
Capres dan cawapres fiktif ini hanyalah "intermezzo" sebagai langkah kecil untuk meredam suasana menjelang Pilpes 2019 yang terus saja memanas di media sosial.
Selain hal tersebut berikut ini fakta-fakta dari pasangan Capres Fiktif Nurhadi - Aldo atau Dildo:

1.Berprofesi Tukang Pijat

Tak seperti tampilan fisiknya di medsos yang begitu berwibawa ala orang berkelas, Nurhadi ternyata berprofesi sebagai tukang pijat refleksi yang mendiami salah satu kios di Pasar Brayung, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Bapak empat anak asal Desa Golantepus RT 6 RW 4, Kecamatan Mejobo, Kudus itu telah 15 tahun berprofesi sebagai tukang pijat.

2.Viral Karena Hasil Imajinatif.

Menurut Nurhadi, pasangan capres dan cawapres Dildo adalah hasil imajinatif seorang warga yang mengaku berasal dari Yogyakarta.

Pada Desember 2018 lalu, seseorang yang mengaku bernama Edwin asal Sleman DIY, menghubunginya via aplikasi messenger.

Dalam obrolan itu, Edwin mengaku sangat mengagumi Nurhadi. Awalnya, beberapa tahun lalu, melalui akun Facebook pribadi, Nurhadi membentuk "Komunitas Angka 10".

"Nah, kemudian ada orang yang mengaku dari Yogyakarta bernama Edwin.
Dia yang mengikuti akun saya itu mengaku ngefans dengan saya.

Apalagi pengikut saya di komunitas angka 10 mencapai puluhan ribu.
Kata dia, unggahan-unggahan saya itu lucu dan menginsiprasi," kata Nurhadi. Dari situlah kemudian capres dan cawapres bayangan, Nurhadi dan Aldo (Dildo) mulai tercipta. Edwin terus intens berkomunikasi dengan Nurhadi.
Saat itu, Edwin meminta izin kepada Nurhadi apakah berkenan jika nama dan wajahnya diviralkan melalui medsos sebagai capres fiktif.

Nurhadi pun mengamini penawaran itu asalkan tidak melanggar hukum dan agama.

Apalagi, mereka sama-sama jengah atas situasi menjelang Pilpres 2019 yang menurut mereka sudah tidak sehat.
Maka, terbentuklah capres dan cawapres fiktif tersebut di medsos hasil karya Edwin yang disebutnya sebagai tim suksesnya.

Capres-cawapres fiktif itu hanya sebatas "dagelan politik" yang berisi sindiran-sindiran dengan politik saling sikut saat ini.

"Saya jawab, kenapa harus saya kok tidak orang lain saja. Kata Edwin sih saya lebih berpotensi tenar karena dikenal banyak pengikutnya. Ya sudah saya setuju dengan syarat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagai humor politik saja untuk meredam ketegangan suasana Pilpres 2019. Saya enggak mau terjadi keributan hanya karena beda pilihan presiden," ungkap Nurhadi.

Candaan mereka seperti "Jika Karl Marx memimpikan tatanan masyarakat tanpa kelas lalu dimana kita akan belajar" dan masih banyak lagi lainnya.

3.Banyak yang Ingin Menjadi Relawan & Timsesnya.

Viralnya Capres Nurhadi dan Cawapres Aldo menjadikan banyak sekali yang menjadi relawan dan tentu timsesnya.
Hal ini seperti diketahui banyak juga akun-akun instagram yang menaman dirinya sebagai relawan / timses.

Mulai dari daerah Surakarta, Jawa Timur, Jawa Barat hingga Kalimantan Tengah dan masih banyak lagi lainnya.

4.Komentar Sandiaga Uno.

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno angkat bicara soal Capres-Cawapres fiktif Nurhadi-Aldo yang ramai di media Sosial.
Menurut Sandiaga munculnya Capres-Cawapres nomor urut 10 yang iusung oleh koalisi Tronjal tronjol Maha Asyik itu merupakan fenomena yang menjadi koreksi bagi pasangan calon presiden-wakil presiden dan para Calon Anggota Legislatif.
"Bagi saya ini fenomena nyata, dan ini koreksi buat kami pasangan calon buat partai politik, buat Caleg-Caleg baik yang ditingkat kabupaten-kota provinsi maupun di DPR RI," kata Sandi di Jalan Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta, Selatan, Minggu, (6/1/2019).

Load Comments

Subscribe Our Newsletter